i'am

i'am

Minggu, 14 Juni 2015

sosiologi industri (strategi industrialisasi)



Pendahuluan
Industrialisasi paling sering dikaitkan dengan revolusi industri di eropa abad kesembilan akhir kedelapan belas dan awal. Permulaan perang dunia kedua juga menyebabkan banyak industrialiazation yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan pusat – pusat kota besar dan juga pinggiran kota. Industrialisasi adalah hasil dari kapitalisme dan dampaknya pada masyarakat masih belum ditentukan sampai batas tertentu , namun telah mengakibatkan angka kelahiran yang lebih rendah dan pendapatan rata rata yang lebih tinggi.
2. Pembahasan
Revolusi industri di eropa barat
pada abad Belas kedelapan dan kesembilan Belas, Inggris mengalami peningkatan produktivitas Besar-besaran pertanian Yang dikenal sebagai Revolusi Pertanian Inggris, Yang memungkinkan penduduk sebuah Belum Pernah sebelumnya terjadi pertumbuhan, signifikan Batas Yang membebaskan Tenaga kerja jangka pendek Dari pertanian, membantu untuk menggerakkan dan Revolusi Industri.
Karena terbatasnya jumlah lahan subur dan efisiensi besar usahatani mekanik, jumlah penduduk meningkat tidak dapat didedikasikan untuk pertanian. terbatasnya efisiensi dan Aset Lahan Subur Yang Sangat Besar Mekanik pertanian, peningkatan penduduk regular tidak dapat didedikasikan untuk pertanian. Teknik-teknik baru pertanian diperbolehkan seorang petani tunggal untuk memberi makan pekerja lebih dari sebelumnya, namun teknik ini juga meningkatkan permintaan untuk mesin dan hardware lainnya, yang secara tradisional telah disediakan oleh pengrajin perkotaan. meningkatkan permintaan untuk mesin dan perangkat keras lain, Yang Secara telah disediakan pengrajin Dibuat perkotaan tradisional. Pengrajin, kolektif disebut borjuis, pekerja eksodus pedesaan untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan negara. borjuis Pengrajin kolektif, disebut, mempekerjakan Pedesaan eksodus pekerja untuk meningkatkan Produksi dan memenuhi kebutuhan Negara.
Pertumbuhan bisnis mereka ditambah dengan kurangnya pengalaman para pekerja baru mendorong rasionalisasi dan standardisasi tugas dalam lokakarya, sehingga mengarah pada pembagian kerja, yaitu, suatu bentuk primitif Fordisme  mereka, ditambah kurangnya pengalaman para pekerja mendorong sebuah rasionalisasi Baru dan Standardisasi tugas sehingga mengarah Pembagian kerja jangka pendek, yaitu, suatu Bentuk primitif Fordisme. Proses menciptakan baik dibagi menjadi tugas-tugas sederhana, masing-masing dari mereka secara bertahap mekanik dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas dan dengan demikian meningkatkan pendapatan. Proses menciptakan Baik dibagi menjadi tugas-tugas Sederhana, masing-masing mereka Secara bertahap Dari Mekanik guna meningkatkan produktivitas dan meningkatkan pendapatan
Pengertian
Industrialisasi adalah Proses di mana suatu masyarakat atau negara atau dunia mentransformasikan dirinya dari masyarakat terutama pertanian menjadi salah satu berdasarkan manufaktur barang dan jasa. Masing masing tenaga kerja manual sering digantikan oleh produksi massal mekanik dan pengrajin akan diganti dengan lini perakitan. Karakteristik industrialisasi termasuk penggunaan inovasi teknologi untuk memecahkan masalah yang bertentangan dengan takhayul atau ketergantungan pada kondisi diluar kendali manusia seperti cuaca, serta pembagian kerja lebih efisien dan pertumbuhan ekonomi.
Jadi bisa diartikan industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang mantap, penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah yang dilandasi oleh pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat alat bantu mekanik,kimiawi,mesin dan organisasi serta intelektual dalam produksi,
Dan dalam arti sempit, menggambarkan penggunaaan secara luas sumber – sumber tenaga non hayati dalam rangka produksi barang atau jasa.
KONSEP DAN TUJUAN INDUSTRIALISASI

Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari revolusi industry pertama pada pertengahan abad 18 di Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api dan kapal tenaga uap.
Revolusi industry kedua akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi membantu laju industrialisasi. Setelah PD II muncul berbagai teknologi baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikasi, elektronik, bio, computer dan penggunaan robot.
Pada akhir abad 18 sampai 19, Asia Timur adalah salah satu daerah yang paling ekonomis sukses dunia – dengan negara-negara pasar bebas seperti Hong Kong yang secara luas dilihat sebagai model untuk yang lain, negara-negara kurang berkembang di seluruh dunia untuk meniru. negara pertama yang industrialise adalah Inggris selama Revolusi Industri. Asia Timur adalah salah Satu Daerah Yang pagar sukses Ekonomi Dunia pasar Negara-Negara Pembongkaran Hong Kong Secara Luas dilihat sebagai model untuk Yang lain, Kurang mengembangkan Negara di seluruh Dunia meniru.
Industrialisasi di Indonesia
Indonesia hanya sekedar menjadi pasar, sasaran eksploitasi alam, dan sasaran eksploitasi tenagakerja murah bagi kemajuan negeri-negeri kapitalis maju. Produktivitas rata-ratamasih sangat rendah sementara, konsumtivisme dipaksa menjadi budaya dominan.Pengangguran semakin banyak, kemiskinan bertambah, dan praktek percaloan bukansekadar budaya di sektor ekonomi tapi, juga melanda sektor politik dankehidupan sehari-hari masyarakat
SEJARAH PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA
Tahun 1920an industry modern di Indonesia hampir semua dimiliki oleh orang asing, walau jumlahnya hanya sedikit. Indutri kecil yang ada pada masa itu berupa industry rumah tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah (tebu dan nira), rokok kretek, kerajinan tekstil, dan sebagainya tidak terkoordinasi dengan baik.
Perusahaan modern hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British American Tobaco (BAT) dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, megakibatkan menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah system dan pola kenijakan ekonomi dari sector perkebunan ke sector industry, dengan memberi kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industry baru.
Berdasarkan Sensus Industri Pertama (1939), industry yang ada ketika itu mempekerjakan 173 ribu orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan barang logam, semuanya milik asing. Pada masa PD II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun setelah pendudukan Jepang keadaannya terbalik. Disebabkan larangan impor bahan mentah dan diangkutnya barang capital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha). Setelah Indonesia merdeka, mulai dikembangkan sector industry dan menawarkan investasi walau dalam tahap coba-coba. Tahun 1951 pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industry kecil pribumi dan memberlakukan pembatasan industry besar atau modern yang dimiliki orang Eropa dan Cina.
Kebijakan industri
Di dalam pembangunan industri ada tiga aspek penting menurut Bezuidenhout yaitu struktur, strategi, dan kebijak industri. Struktur industri di suatu negara akan sangat berhubungan dengan sektor dominan dalam sistem ekonomi negara itu; hubungan antara negara dan pasar, dan dengan cara mengatur fungsi produksi dan reproduksi.
Strategi industri adalah bagaimana negara mengubah struktur industri untuk memfasilitasi pembangunan industrinya. Tujuan strategi industri adalah mengarahkan atau menstruktur industri untuk mencapai tujuan sosial-ekonomi, seperti menciptakan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan.
Kalau strategi industri lebih berupa pandangan luas restrukturisasi industri sedangkan kebijakan industri mengacu pada kebijakan pemerintah dalam mempromosikan pembangunan industri tanpa intervensi. Kebijakan-kebijakan makroekonomi, pendidikan, dan infrastruktur bisa dikategorikan sebagai kebijakan industri jika mengikuti definisi yang luas. Definisi kebijakan industri yang sempit hanya menyangkut industri tertentu saja.
Kebijakan industri akan sangat tergantung dari strategi industri yang diambil oleh suatu negara. Kebijakan industri ini akan mempengaruhi struktur industri. Struktur industri akan mengacu pada bagaimana interaksi negara dan pasar.
Bezuidenhout membandingkan struktur industri, strategi industri, peran negara, dan langkah-langkah kebijakan industri di Afrika Selatan dari empat perspektif pembangunan yaitu perspektif yang digunakan Bank Dunia, perspektif post-Fordism, perspektif Porterism, dan perspektif pendekatan ekonomi politiknya Fine dan Rustomjee (political economy approach).
Perspektif Bank Dunia akan melihat kekurangan struktur industri akibat upah buruh dan biaya modal terlalu tinggi sehingga sektor manufaktur tidak mampu bersaing akibat diproteksi. Untuk membangun industri yang kompetitif, strategi industri harus diambil adalah pemerintah harus memfokuskan pada peningkatan kepercayaan investor untuk merangsang pertumbuhan.
Intervensi negara harus dikurangi dan untuk mendorong kepercayaan investor negara harus mengeluarkan kebijakan yang pro-ekonomi. Peran negara terbatas hanya membagikan tanah terbatas dan meningkatkan keterampilan dasar pekerja industri. Negara mengeluarkan kebijakan meliberalisasi perdagangan dan keuangan, dan mendukung tertib fiskal untuk meningkatkan kepercayaan investor.
Post-Fordism akan melihat kelemahan industri akibat kebijakan substitusi impor, persoalan rasial di Afrika Selatan yang pada era post-Fordism masih sangat kuat, dan menurunnya produktivitas sektor manufaktur. Untuk mengatasi kelemahan industri, negara harus memfokuskan strategi pada peningkatkan produktivitas dan ekspor industri manufaktur. Negara hanya boleh mengintervensi jika ada kegagalan serius. Tetapi negara harus berupaya membangun kapasitas institusi industri yang baik.
Kebijakan industri yang harus diambil adalah menguatkan pasar melalui kebijakan liberalisasi perdagangan, kebijakan yang mendorong kompetisi, dan meningkatkan peran perusahan menengah dan kecil. Kebijakan lainnya adalah memperbaiki kapasitas kelembagaan demi meningkatkan pengembangan sumber daya manusia, misalnya melalui pelatihan-pelatihan. Negara juga dianjurkan mengeluarkan kebijakan yang menguatkan kemampuan teknologi yaitu dengan mendukung penelitian dan pengembangan.
Porterisme adalah istilah untuk menjelaskan perspektif yang didasarkan pada pemikiran Michael Porter, pendiri Monitor Company. Monitor Company mendapat tugas dari National Economic Forum mempelajari dan membantu memformulasikan kebijakan industri nasional Afrika Selatan. Hasil studi itu melihat strategi industri berseberangan dengan kebijakan industri. Strategi industri bertujuan memaksimalkan laju pertumbuhan ekonomi bagi negara sedangkan kebijakan industri akan memiliki gol yang berbeda.
Kelemahan struktur industri menurut perspektif Porterism antara lain karena lemahnya koordinasi antar-perusahaan di dalam satu kelompok ekonomi; perusahaan fokus pada memproduksi untuk pemerintah bukan fokus pada konsumen dan pesaing; ekspor fokus pada komoditi bukan pada peningkatan nilai tambah; lemahnya keterampilan yang terintegrasi pada kapasitas teknologi; lemahnya kompetisi di pasar lokal; dan lemahnya kemampuan birokrasi pemerintahan.
Karena itu strategi industri terutama fokus pada meningkatkan kemampuan bersaing dengan menyediakan lingkungan yang baik berbasis pasar agar perusahaan bisa beroperasi. Negara hanya harus menciptakan keadaan yang memungkinkan perusahaan bersaing dengan dorongan pasar. Bentuk intervensi terbaik adalah memperkuat faktor pasar. Langkah-langkah kebijakan yang harus diambil antara lain menciptakan keadaan yang menghidupi bisnis dengan meningkatkan daya saing lokal dan internasional; pengembangan kelompok-kelompok bisnis serupa; mendorong value chain dan pengembangan industri yang terkait dan mendukung industri.
Value chain adalah rantai aktivitas untuk meningkatkan nilai (value). Porter (1998) mengidentifikasi satu rangkaian aktivitas yang umum ada pada perusahaan yaitu barang masuk (inbound logistic), operasi, barang keluar (outbound logistic), pemasaran dan penjualan, dan layanan (service). Setiap aktivitas atau keseluruhannya penting dalam meningkatkan kelebihan kompetitif.
Perspektif keempat mengikuti pendekatan ekonomi politiknya Ben Fine dan Zavareh Rustomjee (1996) yang menguraikan kebijakan industri Afrika Selatan yang didominasi oleh pertambangan. Menurut mereka struktur industri yang lemah akibat ekonomi masih masih didasarkan pada industri yang terdiri dari energi-mineral. Pengaruh dari interes kelas yang terkait dengan komposit energi-mineral membatasi kemampuan berkembang menjadi industri yang kuat.
Pendekatan ekonomi politik Fine dan Rustomjee mengusulkan strategi yaitu negara memelopori investasi pembangunan infrastruktur; secara selektif mengintervensi untuk mengintegrasikan komposit industri mineral-energi ke dalam industri manufaktur. Peran negara dikotomi negara dan pasar harus ditolak. Negaralah yang memegang peran sentral. Fine dan Rustomjee menilai tidak perlu ada usulan kebijakan industri yang spesifik, tetapi langkah-langkah seperti program kerja publik dan mentargetkan industri.
Keempat pendekatan ada penekanan yang berbeda, meskipun semuanya sama-sama sepakat penting memperkuat industri manufaktur. Negara kaya mineral seperti Afrika Selatan adalah mengikuti value chain yang fokus pada penambahan nilai komoditi melalui proses manufaktur sebelum mengekspor atau menjual barang-barang di pasar lokal.
Bezuidenhout menyimpulkan satu hal utama dari proses kebijakan industri di Afrika Selatan adalah peran negara menyangkut langkah-langkah kebijakan pada sisi suplai dan permintaan dan keterlibatan negara dalam pembangunan infrastruktur bangsa. Meskipun sejalan dengan kerangka ekonomi neo-liberal, peran aktif negara berkurang.
Industrialisasi Juga memperkenalkan suatu Bentuk filosofis perubahan sikap di mana mendapatkan Orang Yang berbeda terhadap alam Tentang Persepsi mereka, dan sosiologis di mana-mana proses rasionalisasi.
Ada energi yang cukup besar di dalam dan sekitar literatur tentang faktor memfasilitasi modernisasi industri dan pengembangan usaha.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI
Subtitusi Impor (inward-looking)
Promosi Ekspor (outward-looking)


Strategi industrialisasi
1. Strategi Subtitusi Impor
o Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
o Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
o Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
o Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
o Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
o Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
o Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi Promosi Ekspor
o Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
o Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
o Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
o Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
DAFTAR PUSTAKA
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_teknik…/Bab_1.pdf
en.wikipedia.org/wiki/Industrialisation

Tidak ada komentar:

Posting Komentar