i'am

i'am

Rabu, 17 Juni 2015

perjalanan pertama ku di puger

hari ini semua nya terasa sangat melelahkan.
hari ini aku ada pengamatan ke puger jember..

Puger dikenal sebagai muara hasil laut yang cukup dominan – baik yang masih segar atau produk olahan seperti ikan asin dan terasi. Tetapi bukan hanya itu, Puger juga memiliki pantai yang panjangnya kurang lebih 3 km. Bersantai menghabiskan waktu di sore hari – kita bisa menyantap gurihnya Ikan Bakar sambil menikmati hembusan angin pantai dan pemandangan Pulau Nusa Barong. Disini juga cocok buat yang punya hobby mancing karena perairan di sisi sebelah dalam airnya cukup tenang untuk bersantai sambil menunggu umpan disantap ikan, Agan sekalian juga bisa menyewa perahu Nelayan berlayar ke pulau Nusa Barong untuk sensasi memancing yang lebih menantang. Perjuangan para nelayan memasuki laut di area “pelawangan” saat ombak sedang meninggi kadangkala juga menyajikan pemandangan yang mendebarkan – melihat betapa sulitnya perahu bermanuver mengambil timing yang tepat supaya dapat melewati ganasnya ombak yang sewaktu-waktu bisa menghempaskan kapal ke arah karang – karang tajam yang sangat berbahaya

mulai dari awal perjalanan saja sudah sangat melelahkan..
awal janjian di depan kampus jam 2 ., namun ternyata ketua kelas sebut saja namanya lia sama wilda yang biasanya tidak pernah jam karet itu sampe molor jam 3..sampai devi yang usdah menunggu dari setengah 2 dengan muka yang merah langsung mendekati lia dan wilda...
untung masih sabar devi..

setelah itu ternyata lia dan wilda tidak membawa sepeda motor,.bingung mencari pinjaman sepeda motor setelah itu muncul ide untuk pinjam sepeda dari elis., sebenernya elis satu kelompok dengan aku,tapi dia berhalangan ikut karena menjadi panitia dipemilihan ketua BEM.

tak lama setelah itu kami pun melintasi jalur jember kota yang menurut ku jalannya itu seperti ular., macet dan kurang teratur.dan akhirnya dari 10 sepeda yang bisa bareng hanya 6 sepeda.. 4 sepeda yang lain nya tertinggal dijalan yang sangat macet itu..

jam setengah 5 (16.30 WIB ) kelompok ku tiba di puger setelah perjalanan selama kurang lebih 2 jam.kembali lagi masalah dateng. ternyata koordinator kelompokku masih tidak tahu lokasi yang akan diamati.kami pun muli bertanya dengan masyarakat di puger. dan hasilnya pengolahan limbah hasil pengolahan ikan sedang tidak produksi karena kami datang nya terlalu malam dan tidak musim ikan.

dan suara adzan magrib pun terdengar.,kami pun beranjak pulang dari puger karena ada kuliah bahasa indonesia jam 6.
satu kata yang bisa menggambarkan saat kami pulang itu. gass poll..
dan hampir sampai di tawangngalun kecelakaan terjadi. ketua kelomppok kami menghentikan kami agar berkumpul terlebih dahulu., setelah di cek ternyata bukan dari kelompok kami.alhamdulillah..

perjalanan terus dilanjutkan hingga tiba di kampus tercinta politeknik negeri jember.ternyata dosen bahasa indonesia sudah ada dan menjelaskan kisi-kisi soal untuk UAS.
dan kelompok kami dengan nakalnya hanya msuk dan mengisi absen.setelah itu dengan izin ke kamar mandi mereka pun pulang. tapi aku memutuskan hingga akhir kuliah,.

efek nya perutku kelaparan.dan akhirnya aku dan pingky pergi ke warung lesehan di jalan jawa.dan rasa lapar ku pun teratasi.hingga sampai di kost an dan siap siap untuk menyambut bulan puasa di hari pertama :)

Minggu, 14 Juni 2015

sosiologi industri (strategi industrialisasi)



Pendahuluan
Industrialisasi paling sering dikaitkan dengan revolusi industri di eropa abad kesembilan akhir kedelapan belas dan awal. Permulaan perang dunia kedua juga menyebabkan banyak industrialiazation yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan pusat – pusat kota besar dan juga pinggiran kota. Industrialisasi adalah hasil dari kapitalisme dan dampaknya pada masyarakat masih belum ditentukan sampai batas tertentu , namun telah mengakibatkan angka kelahiran yang lebih rendah dan pendapatan rata rata yang lebih tinggi.
2. Pembahasan
Revolusi industri di eropa barat
pada abad Belas kedelapan dan kesembilan Belas, Inggris mengalami peningkatan produktivitas Besar-besaran pertanian Yang dikenal sebagai Revolusi Pertanian Inggris, Yang memungkinkan penduduk sebuah Belum Pernah sebelumnya terjadi pertumbuhan, signifikan Batas Yang membebaskan Tenaga kerja jangka pendek Dari pertanian, membantu untuk menggerakkan dan Revolusi Industri.
Karena terbatasnya jumlah lahan subur dan efisiensi besar usahatani mekanik, jumlah penduduk meningkat tidak dapat didedikasikan untuk pertanian. terbatasnya efisiensi dan Aset Lahan Subur Yang Sangat Besar Mekanik pertanian, peningkatan penduduk regular tidak dapat didedikasikan untuk pertanian. Teknik-teknik baru pertanian diperbolehkan seorang petani tunggal untuk memberi makan pekerja lebih dari sebelumnya, namun teknik ini juga meningkatkan permintaan untuk mesin dan hardware lainnya, yang secara tradisional telah disediakan oleh pengrajin perkotaan. meningkatkan permintaan untuk mesin dan perangkat keras lain, Yang Secara telah disediakan pengrajin Dibuat perkotaan tradisional. Pengrajin, kolektif disebut borjuis, pekerja eksodus pedesaan untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan negara. borjuis Pengrajin kolektif, disebut, mempekerjakan Pedesaan eksodus pekerja untuk meningkatkan Produksi dan memenuhi kebutuhan Negara.
Pertumbuhan bisnis mereka ditambah dengan kurangnya pengalaman para pekerja baru mendorong rasionalisasi dan standardisasi tugas dalam lokakarya, sehingga mengarah pada pembagian kerja, yaitu, suatu bentuk primitif Fordisme  mereka, ditambah kurangnya pengalaman para pekerja mendorong sebuah rasionalisasi Baru dan Standardisasi tugas sehingga mengarah Pembagian kerja jangka pendek, yaitu, suatu Bentuk primitif Fordisme. Proses menciptakan baik dibagi menjadi tugas-tugas sederhana, masing-masing dari mereka secara bertahap mekanik dalam rangka untuk meningkatkan produktivitas dan dengan demikian meningkatkan pendapatan. Proses menciptakan Baik dibagi menjadi tugas-tugas Sederhana, masing-masing mereka Secara bertahap Dari Mekanik guna meningkatkan produktivitas dan meningkatkan pendapatan
Pengertian
Industrialisasi adalah Proses di mana suatu masyarakat atau negara atau dunia mentransformasikan dirinya dari masyarakat terutama pertanian menjadi salah satu berdasarkan manufaktur barang dan jasa. Masing masing tenaga kerja manual sering digantikan oleh produksi massal mekanik dan pengrajin akan diganti dengan lini perakitan. Karakteristik industrialisasi termasuk penggunaan inovasi teknologi untuk memecahkan masalah yang bertentangan dengan takhayul atau ketergantungan pada kondisi diluar kendali manusia seperti cuaca, serta pembagian kerja lebih efisien dan pertumbuhan ekonomi.
Jadi bisa diartikan industrialisasi adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang mantap, penelitian dan penggunaan pengetahuan ilmiah yang dilandasi oleh pembagian tenaga kerja dan spesialisasi, menggunakan alat alat bantu mekanik,kimiawi,mesin dan organisasi serta intelektual dalam produksi,
Dan dalam arti sempit, menggambarkan penggunaaan secara luas sumber – sumber tenaga non hayati dalam rangka produksi barang atau jasa.
KONSEP DAN TUJUAN INDUSTRIALISASI

Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari revolusi industry pertama pada pertengahan abad 18 di Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api dan kapal tenaga uap.
Revolusi industry kedua akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi membantu laju industrialisasi. Setelah PD II muncul berbagai teknologi baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikasi, elektronik, bio, computer dan penggunaan robot.
Pada akhir abad 18 sampai 19, Asia Timur adalah salah satu daerah yang paling ekonomis sukses dunia – dengan negara-negara pasar bebas seperti Hong Kong yang secara luas dilihat sebagai model untuk yang lain, negara-negara kurang berkembang di seluruh dunia untuk meniru. negara pertama yang industrialise adalah Inggris selama Revolusi Industri. Asia Timur adalah salah Satu Daerah Yang pagar sukses Ekonomi Dunia pasar Negara-Negara Pembongkaran Hong Kong Secara Luas dilihat sebagai model untuk Yang lain, Kurang mengembangkan Negara di seluruh Dunia meniru.
Industrialisasi di Indonesia
Indonesia hanya sekedar menjadi pasar, sasaran eksploitasi alam, dan sasaran eksploitasi tenagakerja murah bagi kemajuan negeri-negeri kapitalis maju. Produktivitas rata-ratamasih sangat rendah sementara, konsumtivisme dipaksa menjadi budaya dominan.Pengangguran semakin banyak, kemiskinan bertambah, dan praktek percaloan bukansekadar budaya di sektor ekonomi tapi, juga melanda sektor politik dankehidupan sehari-hari masyarakat
SEJARAH PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA
Tahun 1920an industry modern di Indonesia hampir semua dimiliki oleh orang asing, walau jumlahnya hanya sedikit. Indutri kecil yang ada pada masa itu berupa industry rumah tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah (tebu dan nira), rokok kretek, kerajinan tekstil, dan sebagainya tidak terkoordinasi dengan baik.
Perusahaan modern hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British American Tobaco (BAT) dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, megakibatkan menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah system dan pola kenijakan ekonomi dari sector perkebunan ke sector industry, dengan memberi kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industry baru.
Berdasarkan Sensus Industri Pertama (1939), industry yang ada ketika itu mempekerjakan 173 ribu orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan barang logam, semuanya milik asing. Pada masa PD II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun setelah pendudukan Jepang keadaannya terbalik. Disebabkan larangan impor bahan mentah dan diangkutnya barang capital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha). Setelah Indonesia merdeka, mulai dikembangkan sector industry dan menawarkan investasi walau dalam tahap coba-coba. Tahun 1951 pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industry kecil pribumi dan memberlakukan pembatasan industry besar atau modern yang dimiliki orang Eropa dan Cina.
Kebijakan industri
Di dalam pembangunan industri ada tiga aspek penting menurut Bezuidenhout yaitu struktur, strategi, dan kebijak industri. Struktur industri di suatu negara akan sangat berhubungan dengan sektor dominan dalam sistem ekonomi negara itu; hubungan antara negara dan pasar, dan dengan cara mengatur fungsi produksi dan reproduksi.
Strategi industri adalah bagaimana negara mengubah struktur industri untuk memfasilitasi pembangunan industrinya. Tujuan strategi industri adalah mengarahkan atau menstruktur industri untuk mencapai tujuan sosial-ekonomi, seperti menciptakan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan.
Kalau strategi industri lebih berupa pandangan luas restrukturisasi industri sedangkan kebijakan industri mengacu pada kebijakan pemerintah dalam mempromosikan pembangunan industri tanpa intervensi. Kebijakan-kebijakan makroekonomi, pendidikan, dan infrastruktur bisa dikategorikan sebagai kebijakan industri jika mengikuti definisi yang luas. Definisi kebijakan industri yang sempit hanya menyangkut industri tertentu saja.
Kebijakan industri akan sangat tergantung dari strategi industri yang diambil oleh suatu negara. Kebijakan industri ini akan mempengaruhi struktur industri. Struktur industri akan mengacu pada bagaimana interaksi negara dan pasar.
Bezuidenhout membandingkan struktur industri, strategi industri, peran negara, dan langkah-langkah kebijakan industri di Afrika Selatan dari empat perspektif pembangunan yaitu perspektif yang digunakan Bank Dunia, perspektif post-Fordism, perspektif Porterism, dan perspektif pendekatan ekonomi politiknya Fine dan Rustomjee (political economy approach).
Perspektif Bank Dunia akan melihat kekurangan struktur industri akibat upah buruh dan biaya modal terlalu tinggi sehingga sektor manufaktur tidak mampu bersaing akibat diproteksi. Untuk membangun industri yang kompetitif, strategi industri harus diambil adalah pemerintah harus memfokuskan pada peningkatan kepercayaan investor untuk merangsang pertumbuhan.
Intervensi negara harus dikurangi dan untuk mendorong kepercayaan investor negara harus mengeluarkan kebijakan yang pro-ekonomi. Peran negara terbatas hanya membagikan tanah terbatas dan meningkatkan keterampilan dasar pekerja industri. Negara mengeluarkan kebijakan meliberalisasi perdagangan dan keuangan, dan mendukung tertib fiskal untuk meningkatkan kepercayaan investor.
Post-Fordism akan melihat kelemahan industri akibat kebijakan substitusi impor, persoalan rasial di Afrika Selatan yang pada era post-Fordism masih sangat kuat, dan menurunnya produktivitas sektor manufaktur. Untuk mengatasi kelemahan industri, negara harus memfokuskan strategi pada peningkatkan produktivitas dan ekspor industri manufaktur. Negara hanya boleh mengintervensi jika ada kegagalan serius. Tetapi negara harus berupaya membangun kapasitas institusi industri yang baik.
Kebijakan industri yang harus diambil adalah menguatkan pasar melalui kebijakan liberalisasi perdagangan, kebijakan yang mendorong kompetisi, dan meningkatkan peran perusahan menengah dan kecil. Kebijakan lainnya adalah memperbaiki kapasitas kelembagaan demi meningkatkan pengembangan sumber daya manusia, misalnya melalui pelatihan-pelatihan. Negara juga dianjurkan mengeluarkan kebijakan yang menguatkan kemampuan teknologi yaitu dengan mendukung penelitian dan pengembangan.
Porterisme adalah istilah untuk menjelaskan perspektif yang didasarkan pada pemikiran Michael Porter, pendiri Monitor Company. Monitor Company mendapat tugas dari National Economic Forum mempelajari dan membantu memformulasikan kebijakan industri nasional Afrika Selatan. Hasil studi itu melihat strategi industri berseberangan dengan kebijakan industri. Strategi industri bertujuan memaksimalkan laju pertumbuhan ekonomi bagi negara sedangkan kebijakan industri akan memiliki gol yang berbeda.
Kelemahan struktur industri menurut perspektif Porterism antara lain karena lemahnya koordinasi antar-perusahaan di dalam satu kelompok ekonomi; perusahaan fokus pada memproduksi untuk pemerintah bukan fokus pada konsumen dan pesaing; ekspor fokus pada komoditi bukan pada peningkatan nilai tambah; lemahnya keterampilan yang terintegrasi pada kapasitas teknologi; lemahnya kompetisi di pasar lokal; dan lemahnya kemampuan birokrasi pemerintahan.
Karena itu strategi industri terutama fokus pada meningkatkan kemampuan bersaing dengan menyediakan lingkungan yang baik berbasis pasar agar perusahaan bisa beroperasi. Negara hanya harus menciptakan keadaan yang memungkinkan perusahaan bersaing dengan dorongan pasar. Bentuk intervensi terbaik adalah memperkuat faktor pasar. Langkah-langkah kebijakan yang harus diambil antara lain menciptakan keadaan yang menghidupi bisnis dengan meningkatkan daya saing lokal dan internasional; pengembangan kelompok-kelompok bisnis serupa; mendorong value chain dan pengembangan industri yang terkait dan mendukung industri.
Value chain adalah rantai aktivitas untuk meningkatkan nilai (value). Porter (1998) mengidentifikasi satu rangkaian aktivitas yang umum ada pada perusahaan yaitu barang masuk (inbound logistic), operasi, barang keluar (outbound logistic), pemasaran dan penjualan, dan layanan (service). Setiap aktivitas atau keseluruhannya penting dalam meningkatkan kelebihan kompetitif.
Perspektif keempat mengikuti pendekatan ekonomi politiknya Ben Fine dan Zavareh Rustomjee (1996) yang menguraikan kebijakan industri Afrika Selatan yang didominasi oleh pertambangan. Menurut mereka struktur industri yang lemah akibat ekonomi masih masih didasarkan pada industri yang terdiri dari energi-mineral. Pengaruh dari interes kelas yang terkait dengan komposit energi-mineral membatasi kemampuan berkembang menjadi industri yang kuat.
Pendekatan ekonomi politik Fine dan Rustomjee mengusulkan strategi yaitu negara memelopori investasi pembangunan infrastruktur; secara selektif mengintervensi untuk mengintegrasikan komposit industri mineral-energi ke dalam industri manufaktur. Peran negara dikotomi negara dan pasar harus ditolak. Negaralah yang memegang peran sentral. Fine dan Rustomjee menilai tidak perlu ada usulan kebijakan industri yang spesifik, tetapi langkah-langkah seperti program kerja publik dan mentargetkan industri.
Keempat pendekatan ada penekanan yang berbeda, meskipun semuanya sama-sama sepakat penting memperkuat industri manufaktur. Negara kaya mineral seperti Afrika Selatan adalah mengikuti value chain yang fokus pada penambahan nilai komoditi melalui proses manufaktur sebelum mengekspor atau menjual barang-barang di pasar lokal.
Bezuidenhout menyimpulkan satu hal utama dari proses kebijakan industri di Afrika Selatan adalah peran negara menyangkut langkah-langkah kebijakan pada sisi suplai dan permintaan dan keterlibatan negara dalam pembangunan infrastruktur bangsa. Meskipun sejalan dengan kerangka ekonomi neo-liberal, peran aktif negara berkurang.
Industrialisasi Juga memperkenalkan suatu Bentuk filosofis perubahan sikap di mana mendapatkan Orang Yang berbeda terhadap alam Tentang Persepsi mereka, dan sosiologis di mana-mana proses rasionalisasi.
Ada energi yang cukup besar di dalam dan sekitar literatur tentang faktor memfasilitasi modernisasi industri dan pengembangan usaha.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI
Subtitusi Impor (inward-looking)
Promosi Ekspor (outward-looking)


Strategi industrialisasi
1. Strategi Subtitusi Impor
o Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
o Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
o Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
o Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
o Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
o Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
o Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi Promosi Ekspor
o Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
o Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
o Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
o Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
DAFTAR PUSTAKA
elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pengantar_teknik…/Bab_1.pdf
en.wikipedia.org/wiki/Industrialisation

sosilogi industri (sistem produksi)



Sistem Produksi Primer
 Sistem produksi primer banyak terdapat pada masyarakat agraris, biasanya terdiri dari suatukeluarga luas yang terdiri dari generasi pertama sampai generasi berikutnya. Kedudukan mereka dalam pekerjaan ditentukan oleh pertalian darah. Pembagian kerja rendah, hanyaberdasarkan jenis kelamin dan usia. Hubungan mereka lebih bersifat sosial. Pekerjaan sistemproduk ini sepenuhnya tergantung kepada kebaikan alam. Seluruh hasil produksi untuk kepentingan konsumsi, persediaan paceklik dan dibarter dengan kebutuhan yang tidak dapatdiproduksi sendiri. Sistem produksi ini lebih ditunjukkan bagi ketercukupan sandang, pangandan papan. Sistem ini sebagian tergantung pada pihak lain karena tanah yang dikerjakan bukanmiliknya sendiri atau pertimbangan keamanan.


Sistem Produksi Gilda
 Gilda berukuran lebih kecil dari sistem produksi primer, merupakan sarana pelarian bagipetani karena berbagai sebab. Pada prinsipnya petani datang ke gilda harus diterima danbiasanya sudah berbekal keterampilan. Gilda dipimpin oleh seorang master (tua) yangmemiliki keterampilan, modal, alat, dan cenderung mengembangkan Untuk memperdalampemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! alat-alatnya, walaupunbelum mampu mengembangkan mesin. Master mengandalkan hidup dari barang-barangsekunder sehingga master harus membuat barang yang berkualitas dan standar, yang harusdijual sendiri ke pasar, karena itu sifat dasar gilda menjadi lebih tinggi. Setiap jenis gildamembentuk asosiasi induk untuk beberapa tujuan. Suasana dalam gilda masih bersifatkekeluargaan, bahkan kadang-kadang terjadi perkawinan antara anak master dengan karyawangilda. Dalam perjalanan waktu, gilda menjadi lemah karena beberapa faktor, yaitu terhambatnya monolitas vertikal karyawan penuh untuk menjadi master, kompetisi tidak sehat di antara gilda itu sendiri, sejumlah pemilik gilda menjadi kaya raya, beberapa gilda beralih menjadi pedagang, dan luasnya pasar di luar negeri menjadikan gilda semakin bergantung pada pedagang ekspor.
Gilda Selain itu, teori-teori Max Weber dan Karl marx, sedangkan teori-teori berpendekatan hubungan industrial, terbagi ke dalam kelompok pemikiran unitaris, pluralis, dan radikalis.
.
Sistem Produksi Putting-out
Jumlah saudagar kaya dan kuat menjadi semakin besar. Kekayaannya diperoleh dari perdagangan luar negeri, jarahan di negara koloni, memonopoli perdagangan, dan menghancurkan gilda yang terdapat di negara koloni.

Dengan semakin besarnya pasar di luar negeri, gilda tidak dapat mencukupi kebutuhan pasar sehingga pedagang memanfaatkan petani. Pada awalnya petani harus menyediakan alat dan modal sendiri, tetapi pada perkembangan berikutnya, alat, modal, dan pemasaran ditangani oleh pedagang. Sistem produksi putting-out runtuh karena sulitnya mengontrol ketepatan penyelesaian produksi, beragamnya waktu penyelesaian produksi, sukarnya mengontrol (pengawasan), serta sulitnya melakukan pembagian dan penggunaan mesin baru sehingga sulit menekan biaya produksi atau meningkatkan produksi.



sosiologi industri (tokoh-tokoh sosiologi industri)



PENDAHULUAN
Latar belakang                                  
            Sosiologi adalah ilmu yang berkenaan dengan masyarakat, ada dua masyarakat dalam sosiologi industri, yang pertama masyarakat yang tinggal di tempat industri berada, dan kelompok orang yang berada dalam industri dan menjalankan industri tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa industrialisasi sangat berpengaruh terhadap kondisi sosiologis masyarakat dan sebaliknya, kondisi sosiologis masyarakat sangat berpengaruh terhadap industrialisasi.
            Pengaruh sosiologi industri masyarakat tersebut menunjukkan bahwa sosiologi industri mempunyai cakupan teori yang sangat luas. Ada tiga penyebab luasnya cakupan tersebut. Pertama cakupan substansi yang dibahas didalam sosiologi industri cukup luas, kedua adanya perbedaan tingkat analisis yang menghasilkan keragaman berbagai teori, ketiga karena teori-teori yang digunakan didalam sosiologi industri memilki keberagaman berdasarkan asal pemikirannya. Pemikiran teori tersebut dipelopori oleh kehadiran para tokoh yang berperan dalam sosiologi industri. Sementara itu teori-teori yang berbasis pendekatan sosiologis dapat dilihat dari teori Durkheim yang berpengaruh terhadap kategori teori hubungan antara manusia dari Elton Mayo, teori Dunlop. Selain itu teori Max Weber dan Karl Marx berupa teori-teori berpendakatan hubungan industrial.

Rumusan Masalah
1.      Siapa saja tokoh-tokoh dalam sosiologi industri ?
2.      Apa saja teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh dalam sosiologi industri ?




PEMBAHASAN
Tokoh-tokoh dalam sosiologi industri
v  Karl marx(Sosiologi Marxis)

sosiologi industri (lahirnya masyarakat industri)



Masyarakat Industri
Menurut Straubhaar dan LaRose (2004), Masyarakat Industri mengacu pada terjadinya Revolusi Industri, yang umumnya dikaitkan dengan penemuan mesin uap. Namun sesungguhnya, pemicu penting menuju era industri tersebut dimulai dengan penemuan di bidang komunikasi, yakni publikasi Bible yang diproduksi dengan mesin cetak pengembangan dari Johannes Guttenberg (1455).

B.     Munculnya Masyarakat Industri
Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang terjadi pada diri manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup sedangkan  SDA yang tersedia semakin menipis dan lahan kerja yang tidak memadai, keterbatasan lahan perkotaan untuk migrasi, pemerataan pembangunan dan penghematan biya produksi menyebabkan munculnya keinginan untuk menciptakan satu hal baru yang dapat meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dengan mengubah pola hidupnya. Perubahan paling sederhana yang tampak secara spasial adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan kawasan perumahan yang tentu berdampak pada beralihnya profesi masyarakat petani ke profesi lain. Hal ini mempunyai pengaruh pada pola hidup, mata pencaharian, perilaku maupun cara berpikir.
Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut dimungkinkan karena kebudayaan merupakan produk dari masyarakat. Pengaruh yang nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya tuntutan situasi sekitar yang berkembang. Sehingga, masyarakat yang awalnya masyarakat pertanian lambat laun berubah menjadi masyarakat industri.
            Perubahan sosial terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan biologi. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya.









C.     Ciri-ciri Masyarakat Industri
1.      Secara Umum
v  Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan menggunakan mesin, yang terpusat di kota-kota besar
v  Migrasi massal dari pedesaan ke kota-kota (urbanisasi)
v  Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada pekerjaan di sektor pabrik.
v  Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan bidang pekerjaan yang lebih komplek
v  Munculnya surat kabar untuk kaum urban sebagai sarana untuk mengiklankan produk-produk baru industri. Media massa mempunyai peranan penting dalam masyarakat industri.
v  Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi sebagai hiburan kaum urban.

2.      Secara Khusus
·         Pertama
Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan, seperti masyarakat padang pasir, melainkan pada jalannya mesin-mesin pabrik, khususnya di daerah perkotaan, sedangkan pertanian dikerjakan di daerah pedesaan dalam lokalisasi yang sangat kecil, karena dengan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menciptakan panen yang cukup besar, di Amerika Serikat lokalisasi pertanian hanya 5% saja, sudah mampu memberikan kehidupan pada masyarakat lain yang bekerja di luar sektor pertanian.
Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah, membuka aurat, memaksa ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan menghadapi kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan agamanya. Berbeda dengan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan tanah pertanian, tanah tersebut tidak mampu memaksakan orang berlaku dholim.
•  Kedua
Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan produksi terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya dan masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri.
Pengetahuan yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang mendapatkan perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila bidangnya tidak berhubungan dengan produksi, misalkan bidang keagamaan, sejarah, bahasa, atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan sosial. Akibatnya mereka akan cepat mendapatkan kemajuan material akan tetapi sangat ketinggalan terhadap permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan.
•  Ketiga
Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat dimaklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan kemajuan pengetahuan teknologi.
Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan material. Sehingga masyarakat industri banyak mengalami gangguan psikis, rasa ketegangan, persaingan, ketakutan terhadap ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering dijadikan tempat hiburan untuk menghilangkan ketegangan.

3.      Perilaku Masyarakat Industri
Ø   manusia perorangan atau individu.
Ø  Kesempatan kerja lebih banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme)
Ø  Pola pemikiran yang rasional, sistematis dan objektif yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
Ø  Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu yang sangat teliti sangat penting untuk mengejar kepentingan individu.
Ø  para pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat agraris.
Ø . Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya.
Ø  mereka juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun bertindak.
Ø  Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

4.      Kebudayaan Masyarakat Industri
Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam dalam kehidupan masyarakat walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu modernisasi.
Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan negara luar karena adanya kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa dihindarkan. Mereka harus bisa menyesuaikan diri, namun hal itu tidak lantas mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri.
            Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya, baik secar kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara lahiriah saja. Manusia pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh nilai-nilai kemanusiaannya. Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik hedonisme yang dipacu oleh faktor-faktor produksi. Kemajuan dibidang material justru berbading terbalik dengan merosotnya nilai-nilai moral, kebudayaan dan agama. Kemajuan teknologi dengan sokongan kapitalilsme hadir untuk membantu manusia mengisi kekosongan dalam kehidupan pribadi manusia. Alih-alih melepas lelah setelah habis bekerja seharian, orang-orang kemudian mengabiskan uang dari hasil kerjanya ditempat-tempat yang telah disiapkan untuk mengilangkan kepenatan, baik itu tempat rekreasi, game zone, shooping dengan aneka barang pilihan dan yang pasti gelaran itu akan serta-merta mendorong masyarakat pada posisi konsumen dari apa yang mereka produksi sendiri. Mereka terjebak dalam gaya hidup (life style) konsumtif dan hedonis, sehingga secara tidak sadar mereka menjadi obyek pasar.

Untuk menjadi industrial, masyarakat harus disiapkan untuk menerima nilai-nilai yang bakal menunjang proses industrialisasi, dikehendaki ataupun tidak pasti melahirkan tata nilai yang kebanyakan tidak dikenal oleh suatu masyarakat pedesaan (Nurcholish Madjid, 1999 : 127).

5.      Mata Pencaharian
Menurut Drs. Thayeb M. Gobel (pendiri Gobel Group) (Alm.) dan Mr. Konosuke Matsushita (pendiri Matsushita Electric Industrial co.,ltd - jepang) (Alm.), kemajuan masyarakat industri di Indonesia, tidak mungkin lepas dari daya kreativitas dan inovasi pelaku industri masyarakat pengguna produk industri. Karena itu, daya kreativitas dan inovasi yang menjadi sumber mata air kemajuan dan perkembangan masyarakat industri di Indonesia.
Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan. Terbentuknya spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin kompleks dan rumitnya bidang-bidang pekerjaan dalam masyarakat industri. Proses perubahan yang terjadi dalam diferensiasi pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang kemudian menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk piramida. Stratifikasi sosial inilah yang menentukan strata anggota masyarakat yang ditentukan berdasarkan sikap dan karakteristik masing-masing anggota kelompok. 
Di wilayah  Industri sudah banyak tedapat industri. Ini menyebabkan mata pencaharian masyarakat setempat sebagai karyawan atau buruh pabrik. Hal ini disebabkan lahan pertanian sekitar desa industri telah menjadi lahan industri, menjadikan kebanyakan warga menjadikan mata pencaharian utama adalah sebagai karyawan pabrik atau sebagai buruh. Selain itu akibat wilayah mereka menjadi industri, menyebabkan dari masyarakat menjadi pedagang, baik kecil maupun menengah.
Dalam masyarakat Industri, mata pencaharian masyarakatnya secara umum dapat diklasifikasikan sebagai pengolah dan pembuat barang-barang industri. Bercocok tanam tidak lagi menjadi pekerjaan tetap mereka,karena lahan- lahan pertanian telah berubah fungsi menjadi home industri dan pabrik pabrik. Perlu digarisbawahi bahwa perubahan mata pencaharian tadi, juga sangat berpengaruh pada kemajuan perdagangan. Sehingga berdagang juga merupakan salah satu ciri mata pencaharian masyarakat industri.